Senin, 16 Januari 2012

Selamat, Anda Akhirnya Menjadi MANUSIA

Tertarik jadi manusia? Sebuah pertanyaan paradoksal ketika itu ditanyakan kepada manusia lain. Bukankah kita sudah jadi manusia sejak lahir? Betul, saya, Anda dan kita –yang bisa membaca tulisan ini—adalah manusia. Tapi seperti apa?

SEBELUM benar-benar merasa jadi manusia, coba kita pelajari dengan cara sederhana tentang ajaran Tao. Lao Tze –nabi Tao itu—mengajarkan tentang: merangkul balok kayu yang tak dipahat. Balok kayu yang tak dipahat adalah lambang keluguan, sifat asli apa adanya, tanpa dibuat-buat atau direkayasa, sesuatu yang sederhana dan alami. Seseorang harus kembali pada sifatnya yang asli, begitu kira-kira yang ingin disampaikan Lao Tse. Kesederhanaan tanpa banyak aksesoris! Simplicity.

Bukankah simplicity itu yang sudah sering dilupakan orang dalam budaya pop sekarang ini? Sekarang ini orang lebih banyak mengejar akseoris daripada hal-hal yang basic atau mendasar. "Carilah yang basic, dan tinggalkan aksesoris. Orang bijak mencari makan, dan bukan kepuasan rasa," begitu yang dikatakan Lao Tse.
Sebaliknya makin kasar rasa seseorang, makin rendah tingkat spiritual-nya, makin kaku sikapnya, dan makin sulit menerima pandangan yang berbeda, tidak bisa hidup tenteram dengan kelompok lain, mau menang sendiri. dan ugal-ugalan.

Analogi Tao ini konkruen dengan filsafat yang pernah saya tawarkan, “filosofi teklek”.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI] artinya adalah lapik [alas] kaki yang dibuat dari kayu bertelinga,  tempat memasukkan seluruh jari kaki biasanya terbuat dari karet. Disebut juga dengan terompah kayu, kelom atau bakiak.

Teklek itu tempatnya dibawah. Mari kita mengartikannya dengan para bawahan dan orang yang dibawahkan, biasanya justru menjadi pondasi dari satu bangunan yang disebut kemanusiaan. Jika tidak disiapkan dengan kokoh, bangunan itu bisa roboh. Filosofinya sederhana saja, jangan pernah meremehkan siapapun yang seolah dan kita anggap berada di bawah kita.

Bagaimana menjadi manusia? Jujur saja, masih banyak yang belum menjadi “manusia” karena semua mengejar akseoris daripada hal-hal yang basic.  Berebut menjulang ke atas dengan menginjak yang dibawah. Melihat manusia lain selalu lebih buruk dibanding diri kita sendiri. Bukankah, pemilik jagat ini menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar? Selamat menjadi manusia.