Sabtu, 18 Februari 2012

“Sembahlah” Blackberry, “Tuhan”-mu itu......

APA revolusi gaya hidup terbesar 5 tahun terakhir? Sepakat tidak kalau saya sebut blackberry sebagai perubahan pola hidup yang paling mengejutkan. Meski sebelumnya, ponsel pintar sempat mengambil ruang gadget yang diburu [atas nama kemajuan teknologi dan gengsi].

Peran BB –begitu benda mungil yang merajalela ini disebut—begitu menggurita, bahkan banyak yang menganggapnya  istri atau suami kedua, setelah manusia beneran. Percaya atau tidak, penggunannya sering ‘mengalahkan’ hidup penggunanya.

Saya harus katakan, BB sudah menjadi ilah lain yang menguasai hajat hidup orang banyak.  Perhatikan, dalam perhelatan sebesar apapun, kita tidak akan menemukan kehangatan perbicangan yang dekat, mungkin mereka bicara tapi dalam konteks BB tentu akan sangat berbeda. Tidak ada interaksi fisik dan komunikasi visual yang jelas. Semua seperti gagu fisik, tapi aktif virtualisasi-nya.

Sekarang juga bermunculan yang namanya toko virtual, gereja virtual, masjid virtual, Tuhan virtual dan seabrek perbendaharaan virtual lainnya. Saya malah curiga, pengguna BB itu sejatinya manusia nyata atau manusia virtual ya?

Saya tidak anti BB, tapi benar-benar terganggu dengan perilaku penggunanya yang seolah tidak kenal dan tak akrab dengan sekelilingnya. Karena argumentasi mempercepat pekerjaan dan komunikasi, selalu jadi bemper untuk mempertahannkan mentalitas virtual itu.  Ajakan saya selalu kembali kepada kemanusiaan yang hakiki. Manusia yang berinteraksi dengan manusia lain. Kalau kemudian peran BB sudah demikian kuatnya menjadi ‘tuhan’, saya tetap memilih berada di area kemanusiaan. Meski mungkin pilihan itu tidak populer.

Yang punya BB, tidak usah merasa terusik ya…

[STC/15-2-2012/7.34 PM]

Rabu, 01 Februari 2012

Jadi[lah] Aku Keduamu

Dimakah Aku?
Menjadi penantianmu-kah, atau menjadi gelisahmu untuknya?
Dimanakah Aku?
Memiliki cinta tapi tak kunjung bersandingmu..

Maafkan kegelisahanku,
Yang selalu bertanya, ada apa hatiku untukmu
Maafkan keresahanku,
Yang selalu ingin berujar, apakah aku nyatamu..

Aku sedang bertaruh dengan hatiku
Pada sesuatu yang hanya bisa aku rasakan
Kadang menguat, mesji tak jarang melemah,
Tapi tak pernah benar-benar menghilang
Tak dapat kujadikan nyataku..

Aku mungkin sedang membunuh diriku,
Pelan-pelan tersungkur dan pilu,
Tapi aku tak pernah bisa berhenti
Merasa memiliki sebagian dari dirimu..

Maafkan ketakutanku,
Yang membuatku letih…
Maafkan pertanyaanku, padamu..
Dan mungkin adalah mimpi burukku

Mungkin, Aku memang tak ada dimanapun dalam hidupmu