Kalau ada saat untuk mematikan diri, mungkin sekarang saatnya. Aku terhempas dalam kesakitan yang amat sangat. Aku seperti lilin yang nyaris padam tertiup angin yang tak terlalu kencang. Tiba-tiba aku terserak menjadi serpihan, berceceran dimana-mana. Dan bukan perkara mudah mengumpulkan ramah-ramahnya. Perlu waktu yang amat lama untuk kembali menjadi hidup.
Suatu hari, aku jatuh cinta. Sebuah rasa yang kerap timbul tenggelam dalam hatiku. Mengapa? Karena aku tak pernah tahu kapan dia akan menombak aku. Dan ketika dia datang, aku tertikam. Tikaman yang membuatku jatuh dalam sebuah rasa yang tak ingin kutinggalkan, jatuh cinta!
Aku menikmatinya, merawatnya, menjaganya lebih dibanding menjaga diriku sendiri. Aku menyerahkan diriku pada cinta. Bukan perkara mudah, karena itu pilihan yang akhirnya aku ambil. Aku menjadi tertolak, tapi aku menikmatinya. Karena memang aku mencintainya. Aku mengisi hari-harinya, dia mengisi hari-hariku. Sebuah rasa yang seperti bola salju, bergulung menjadi besar dan tak terbendung. Aku bahagia sekali!
Tapi tiba-tiba siksaan itu datang. Cinta itu nyaris pergi dari rasaku. Melemparku ke hempasan yang paling menyakitkan. Menghantamku dan amat melukaiku. Aku berdarah, nyaris mati. Aku terisak, meski aku lelaki. Cinta itu menyiksaku bertubi-tubi.
Hari ini aku menyerah pada siksaan cinta, dan aku bingung karena inilah pertamakali dalam hidupku aku menyerah. Ah, ternyata karena aku punya porsi amat besar mencintainya. Aku ternyata, benar-benar jatuhu cinta padanya!
[yado, 19 september 2010, 16.00 wib]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar