Sabtu, 06 November 2010

Menjadi MALAIKAT Tanpa SAYAP

BAGAIMANA rasanya kehilangan waktu bersama orang yang kita cintai? Waktu bermain, sharing, bercengkerama dan apapun yang biasa dilakukan bersama. Pedih dan menangis mungkin. Apalagi kalau waktu itu hilang karena perbuatan kriminal yang tidak pernah kita duga.

Suatu pagi yang cerah, penulis menemukan satu kisah kehilangan itu. Oprah Show di salah satu televisi swasta "menemukan" seorang perempuan, seorang ibu dan seorang single parent bernama Jackie Millar, sebagai bintang tamu. Buat penulis, dia seperti "malaikat" berwujud manusia.

Ketika sedang meninap di rumah kawannya, dua remaja berandalan bernama Craig dan Joss yang awalnya berniat mencuri mobilnya, menembak kepala Jackie dari jarak dekat, setelah sebelumnya kepalanya ditutup dengan bantal. Jackie yang penggemar fotografi itu, tidak tewas, tapi benar-benar harus memulai hidupnya dari nol.

Jackie lumpuh sebelah, harus belajar menelan, mengunyah dan sensor motoriknya agak terganggu yang membuatnya harus bicara pelan-pelan. Satu yang pasti, mujizat itu ada ketika Jackie bisa bertahan hidup sampai usianya sekarang [ketika ditembak umurnya sekitar 45 tahun, dan kini 57 tahunan].

Bukan kisah itu sebenarnya yang luarbiasa. Dua tahun setelah menjadi "normal" lagi, Jackie melakukan hal yang mengejutkan. Dia mengunjungi penembaknya yang dipenjara. "Aku terkejut dan takut, karena merasa dia akan memamki dan menendangku, hal yang memang menjadi haknya,' kata Craig, yang ikut diwawancara lewat telekonference video dari penjara.

Ternyata tidak, meski ketika ditemui tidak berani menatap dan hanya menunduk, Craig 'salah prediksi' tentang sikap Jackie. Ibu dua anak itu memeluknya, memegang tangannya dan memaafkan semua yang pernah dilakukan Craig kepadanya. "Aku seperti punya masa depan lagi ketika Jackie memaafkan akud dengan tulus," kata Craig lagi.

Yup. Jackie memang memaafkan. Malah seperti kata Chad, anak sulungnya, ketika siuman dari penembakan itu, hal pertama yang dilakukannya adalah memberikan maaf kepada penembaknya. "Aku seperti melihat anakku sendiri membuat pengakuan telah melakukan hal buruk," kata Jackie ketika ditanya sikapnya itu.

Satu karya yang luarbiasa bukan? Memaafkan orang yang nyaris membunuhnya. Pendapat Jackie sederhana, ketika kita memendam rada marah dan dendam kepada seseorang, sebenarnya kita menyimpan racun yang 'membunuh' diri kita pelan-pelan. "Saya harus melanjutkan hidup dan yang saya lakukan adalah memaafkan dia," ucap Jackie yang juga menjadi buta akibat penembakan itu.

Bagaimana dengan kamu, saya dan kita? Jujur saja, saya pun kadang-kadang memilih menyimpan 'racun' dalam diri saya, sulit untuk memaafkan orang yang menyakiti dan membuat saya sebal. Bahkan keyakinan yang saya anut pun jelas-jelas mengatakan, 'kasihilah sesamamu manusia, seperti engkau mengasihi dirimu sendiri' tapi tetap saja keukeuh menyimpan 'racun' itu. Tapi Jackie Millar membuat saya malu. Dia dengan cepat memaafkan penembaknya dan merasa hidupnya makin tenteram.

Banyak hal yang membuat kita buta, meski kita melihat. Tapi Jackie melihat dengan terang, justru ketika menjadi buta. Meminjam apa yan dikatakan Mahatma Gandhi, "orang suci" dari India, "Orang lemah tak pernah bisa memaafkan, karena mengucapkan kata maaf adalah atribut orang kuat!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar