Kapan Anda terakhir merasa bersih? Kapan Anda terakhir merasa emosi? Kapan Anda terakhir merasa lebih hebat dibanding orang lain? Tindakan untuk membersihkan emosi, kesalahan moral atau dosa inilah yang yang melahirkan istilah purgasi.
Tidak usah Anda pikirkan istilahnya, tapi coba jawab pertanyaan di awal tulisan ini? Mungkin jawabannya adalah, “baru sedetik yang lalu”
Mungkin Anda sudah jadi kaum purisme, kaum yang menekankan kemurnian, keadaan tanpa cela, kebagusan dalam benda atau barang-barang. Misalnya dalam penggunaan kata-kata atau secara ketat mengikuti kata hukum dan kita suci, apapun itu.
Saya sering berada pada posisi dimana harus memilih menjadi emosi, menjadi sombong atau menjadi moralis? Dalam kejadian linier, biasanya berkaitan dan satu aspek peristiwa atau kejadian tertentu. Pilihan yang tidak mudah, karena itu berhubungan dengan karakter dan watak kita yang mungkin tidak pernah kita tahu sebelumnya. Jangan salah, banyak manusia yang tidak tahu karakternya, sehingga menjadi “ondel-ondel” yang hanya bisa gelang-geleng sembari goyang-goyang.
Ketika menjadi moralis [saya menyebutnya keputusan moral], saya mungkin melayangpandangkan dengan banyak aspek realitas sosial dan perilaku individu yang tergantung pada nilai moralnya. Saya bukan moralis dan polisi [ber]moralis. Meski putusan moral ini menentukan apakah nilai-nilai itu dihargai atau tidak. Beban berat bukan?
Saat saya menemukan emosi, sebenarnya saya menemukan alter-ego. Saya menemukan eksplosifitas yang mungkin bermanfaat, tapi sangat mungkin juga berbahaya. Saya bisa saya ngeles dengan mengatakan saya sedang berusaha menjadi sine qua non. Istilah latin ini mengacu pada sesuatu atau cirri yang sangat diperlukan dan harus dimiliki untuk jadi apa adanya. Ya, saya ingi tampil dan muncul jadi apa adanya dengan emosi itu. Benarkah?
Kemudian saya menemukan diri sedang berada di sisi meremehkan orang lain. Saya jadi sombong. Sinisme dan skeptis begitu lekat. Padahal sinisme punya konotasi yang peioratif atau negative. Akhirnya yang muncul adalah pesimisme, keraguan, peremehan, penghinaan pendapat orang, tidak yakin akan hal-hal idela dan kemanusiaan. Rasa sombong itu kemudian menjalar menjadi “dogma” bahwa saya adalah pusat dari kemanusiaan, munafik dan tidak tulus.
Anda memilih disisi mana? Dan kapan Anda merasa paling bersih, sombong dan emosi? Mungkin jawaban Anda tidak berubah, ‘baru sedetik lalu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar