TUHAN. Satu kata ini memang misteri yang sukar dicari jawabannya. Siapakah dia? Seperti apa sosoknya? Atau segumpal pertanyaan tentang eksistensi-Nya. Konon, otak manusia –yang paling cerdas sekalipun—tak pernah sanggup mengurai tentang TUHAN itu. Manusia –kabarnya-- hanya berteori dan kemudian member analisa personal tentang Tuhan ini.
Lalu apakah Tuhan tidak bisa dipertanyakan? Apakah Tuhan tidak bisa dikritisi? Apakah Tuhan adalah sosok yang sabda-Nya adalah mutlak? Saya berada di wilayah yang tidak menghujat Tuhan, tapi saya memilih berada di area bertanya tentang Tuhan dan semua eksistensi-Nya. Apakah itu artinya saya tidak percaya Tuhan? Pertanyaan itu kerap diajukan ketika saya mulai bertanyaa apapun tentang Tuhan.
Ya, saya memang tidak percaya Tuhan yang beranekaragam! Saya tidak pernah percaya dengan Tuhanmu, Tuhanmu, Tuhanku, Tuhanku….Tuhan adalah Tuhan, titik! Saya tidak percaya dengan Tuhan yang sombong, egois dank eras kepala. Aku tidak percaya dengan Tuhan yang [mungkin] mengajarkan tentang kekerasan, peperanagan dan menghalalkan segala cara untuk mendapat pengikutnya. Apakah Tuhan perlu pengikut yang begitu?
Apakah saya tampak tidak percaya Tuhan? Aku amat percaya Tuhan dengan semua kreasi, kebaikan, kebesaran, keagungan, ke-maha-an. Semua atribut yang melekat pada apa yang disebut Tuhan.
Apakah saya, Anda, tak kita, yang marah, jengkel, protes, menantang, mengancam, kemudian disebut sebagai manusia yang anti Tuhan? Maaf, saya tidak pernah menempatkan DIA sebagai lawan. Saya hanya menempatkan DIA pada posisi yang bersahabat, benar-benar sahabat, dimana aku bisa mengeluh, marah, meratap, dan DIA tetap mendengarkan dengan tersenyum!
Aku memang tidak percaya dengan Tuhan yang ‘beragama’. Aku tidak percaya Tuhan itu Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katolik atau apapun. Aku percaya Tuhan yang milik semua manusia, yang bisa aku sembah dimanapun aku ada. Aku percaya Tuhan yang tidak menakutkan!
Aku mungkin brengsek, bolak-balik terjungkal oleh dosa, Tersungkur oleh kesalahan, Terpuruk oleh kelalaian, Tapi ketika aku kembali, DIA tetap menerima dengan tangan terbuka. Bukan dengan penghakiman. Jadi, Aku percaya Tuhan! Tuhan kita semua!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar