Rabu, 06 Oktober 2010

Eat, Pray, Love – Kegelisahan Mencari Spiritualitas & Cinta

Manusia, sejatinya adalah makhluk penggelisah. Selalu ada pertanyaan dalam prosesi perputaran hidupnya. Tidak semua perlu jawaban langsung, kadang-kadang kita harus benar-benar mencari simpul dari kegelisahan itu. Dan itulah yang amat dirasakan oleh Elizabeth Gilbert [Julia Robert], seorang penulis sukses di New York, Amerika Serikat. Keseimbangan mencari cinta dan Tuhan-pun harus dilalui di separuh dunia ini.

+++

Sebagai penulis, nama Elizabeth sebenarnya sudah termasuk deretan papan atas. Karyanya banyak diapreasi dengan apik. Kehidupannya tampak normal dan berjalan baik. Punya suami yang amat mencintainya. Tapi semua ternyata tak ‘seindah permukaannya.’ Kemudian kegelisahan tentang keseimbangan itu bermunculan dan membuatnya labil, limbung dan seperti terombang-ambing. Kenyamanan dan normalitas hidup, membuat Liz kehilangan kegembiraan dan kepercayaan pada diri sendiri.

Dia minta cerai [dan tentu saja mengagetkan suami yang amat mencintainya]. Kemudian memutuskan dekat dengan seorang laki-laki pengajar yoga, bernama David. Tapi sang penggelisah itu belum usai. Liz teringat ramalan Ketut Liyer, seorang ‘orangtua’ di Bali, yang sempat dikunjunginya beberapa tahun sebelumnya, tentang jalan hidupnya kelak. Yang dilakukannya kemudian adalah hal yang nyaris “tidak masuk akal” kita. Liz memutuskan keliling ke Italia, India dan Bali untuk menemukan keseimbangan Tuhan dan cinta [yang sesungguhnya]. Dia tinggalkan glamouritas dan keterkenalannya di Amerika, memilih tidak menjadi siapa-siapa.

Di Italia, Liz menempati pondokan yang biasa-biasa saja. Berbeda dengan rumahnya yang cozy pastinya. Selain belajar bahasa dan budaya Italia, Liz juga merasa perlu menemukan teman baru. Beruntung, dia termasuk perempuan yang cepat menemukan orang lain yang mau mendengar ceritanya. Liz juga mencari kegembiraan lewat makanan Italia yang disantapnya. Semua dinikmatinya dengan riang dan sukacita.

India adalah destinasi selanjutnya. Liz mencari Guru, dan pelajaran spiritual yang didapatnya dari David, mantan kekasihnya pasca perceraian. Di India, Liz mencari jawaban untuk ‘memaafkan diri sendiri’ dengan pencarian spiritual-nya. Tidak mudah ternyata mencari maaf itu, karena butuh kekuatan dari diri sendiri untuk melakukannya.

Teringat ramalan garis tangan Ketut Liyer, Liz kembali ke Bali. Kali ini dengan hati yang sudah berbeda [hal itu dikatakan Liyer, yang menyebut Liz tampak lebih bahagia]. Liz juga berteman dengan Wayan [Christine Hakim], ahli jamu dengan seorang anak perempuan bernama Tutti. Di Bali inilah Liz bertemu Felipe [Javier Bardem], pria asal Brazil yang menabraknya ketika bersepeda. Akankah Elizabeth menemukan jawaban atas kegelisahan dan pertanyaannya?

Film ini menjadi heboh di Indonesia, lantaran Bali mendapat porsi yang cukup lama di film ini, selain karena kebintangan Julia Robert pastinya. Juga karena novelnya menjadi salah satu best seller di Amerika. Yang menarik dari film ini adalah dialognya terdengar cerdas, bernas dan dalam. Pembicaraan seputar cinta, spiritual dan mencari keseimbangan itulah yang menurut saya adalah inti dari film Eat, Pray & Love ini. Perhatikan kata demi katanya, karena membuat kita ikut merasakan sebuah penjelajahan batin yang indah. Bahkan dalam pembicaraan yang paling sederhana sekalipun. Kentara sekali, Elizabeth yang eksistensialis, pelan-pelan menemukan sisi humanismenya yang sebelumnya sempat terberai.

Bahasa gambarnya juga keren. Tidak hanya Bali, Italia dengan gereja-gereja kuno-nya, dan India dengan eksotisme budaya dan spiritualisme timurnya, dirangkum dengan kedipan-kedipan gambar yang menarik. Banyak wacana asketis yang bisa kita pelajari dari berbagai budaya itu. Kekurangan film ini adalah, agak keteteran menggambarkan eksplorasi batin Elizabeth. Eksotisme spiritualisme timur, masih terlihat dipaksa untuk “Amerika” [yah, meskipun saya tahu westernisasi itu memang kuat di film ini].

Dan kemudian, usai nonton film ini, mungkin kita akan bertanya, jangan-jangan kita juga sedang mencari keseimbangan itu? Tidak dilarang untuk gelisah kok…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar