Selasa, 16 November 2010

Engkau BERHARGA Di Mataku

SAYA ini orang lemah sebenarnya. Hanya sanggup berkata dan memberi dorongan untuk bergerak. Mungkin tidak melesat, tapi perlahan bergerak. Mungkin tidak semerbak, tapi membawa perubahan. Meski kecil. Kalianlah orang kuat itu. Kalianlah yang sebenarnya memberi angin perubahan itu. Kalianlah kebebasan itu.

Kebebasan? Benar. Kita ini, saya dan Anda, adalah pemilik jiwa merdeka yang bisa melakukan ide apa saja. Kita bisa menjadikan hidup kita berarti, tapi kita juga bisa membuat hidup kita seperti kubangan yang selalu dihindari.

Dalam dictum yang muncul di otak saya, kebebasan adalah situasi di luar diri kita yang melingkupi sekaligus, perasaan dalam diri kita yang memungkinkan kita melakukan perbuatan-perbuatan baik bagi diri kita dan kemanusiaan secara keseluruhan.

Tolong dipahami, kebebasan adalah pintu yang terbuka untuk mendapatkan segala yang indah dan baik yang bisa diperoleh manusia, yaitu keadilan dan perwujudan potensi diri tanpa rasa takut.

Saya bukan Tuhan. Saya bukan nabi. Saya juga bukan messenger yang memenuhi kisah usang di kitab suci. Saya bukan pelacur yang selalu dituding paling hina dibanding manusia lain. Saya hanya manusia yang mencoba mencari kebebasan dan potensi diri, tanpa tekanan dan ketakutan.

Tapi mungkin saya [merasa] lebih hina dibanding pelacur, saya merasa lebih kelam dibanding perompak yang paling kejam. Pernahkah kamu tahu, kegelapan malam adalah kantong yang sesak dengan emas fajar?

TIDAK!

Karena, ketika itu saya merasa tak pernah memberi arti dan terombang-ambing dalam ambigu kelemahan yang tiada tara. Saya ingin membawa diri dan suasana hati, ikutlah, karena ini adalah sebuah kontemplasi hati, menemukan hakiki. Mungkin tak mudah dan [seolah] tak mungkin. Percayalah, petiklah kembang kecil ini dan ambillah, jangan tunda lagi. Saya takut ia akan terkulai lagi dan gugur ke atas debu.

Barangkali kembang itu tak mendapat tempat di kalung bungamu, tapi berilah dia kehormatan dengan satu sentuhan rasa sakit dari tanganmu dan petiklah. Saya takut hari akan berakhir sebelum saya sadar dan waktu persembahan sudah usai.

Teman, meskipun warnanya tidak cemerlang dan wanginya tidak semerbak, pakailah kembang itu dalam setiap perjalanan mimpimu dan petiklah ia selagi waktu masih ada. Kebebasan jiwa, soul, heart, mind itu penting. Menjadi kembang tak harus semerbak, tapi bisa menghiasi dan memberi keindahan. Dan kita berekspresi melawan ketakutan atas kekuatiran. Karena jika kita menutup pintu atas semua kesalahan, kebenaran pun akan terhalang masuk.

Karena, engkau, siapapun itu, mewangi atau tidak – kamu adalah berharga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar