spiritualitas dimulai, ketika agama berakhir?
BANYAK orang yang mengaku beragama, tapi dia tidak punya spiritualitas dan pemahaman tentang agama itu sendiri. mungkin termasuk saya, anda, atau malah ternyata kita semua berada pada posisi itu juga.
mungkin kita harus belajar dari sudut pandang lain. kita harus paham dulu, Tuhan sebenarnya tidak bisa didapatkan dalam bentuk apapun, nama, agama, tempat pemujaan atau upacara-upaacra. itu hanya simbolisasi Tuhan. Karena itu DIA harus ditemukan di suatu tempat di dalam hati manusia.
agama seperti sekolah dimana kita memperoleh beberapa pemikiran dasar tentang Tuhan, keperluan untuk hidup bermoral, cara-cara pemujaan dan sebagainya. Tuhan adalah sosok yang sangat halus jauh melebihi pikiran dan perasaan manusia yang dapat dicapai. Tuhan bisa dirasa melalui pengalaman manusia.
oleh karena itu dalam mempraktekkan spiritual, kita mencari untuk mengalami yang NYATA tersebut di atas. Untuk ini kita berharap mendapatkannya melalui proses dimana makin lama makin mencairkan dan melarutkan sifat keakuan kita apapun nama, bentuk dan kualitasnya dan mengosongkan kesadaran kita.
Jadi ketika kita menjadi seperti Dia di dalam alam kita, kita mulai mengalami atau merasakan menjadi satu dengan Dia yang ada di dalam diri kita. dalam istilah jawa 'manunggaling kawulo lan gusti' yang dalam pemahaman sempit saya, adalah munculnya kesadaran sipiritual tentang keberadaan Tuhan dalam diri kita.
pada dasarnya pemahaman akan Tuhan ini menghidupkan kembali hubungan antara kita dengan Tuhan yang ada di dalam diri kita. Dimana hubungan ini memberikan rasa keTuhanan yang alami dan kekuatan untuk menahan ego/identitas kita, yang akan terhapus secara perlahan-lahan. Tuhan yang hadir di dalam diri kita mulai terwujud dalam pikiran dan tindakan kita.
mungkin yang perlu diperjelas, kita tidak sedang me-transformasi Tuhan dalam ujud kita, tapi lebih mentransformasi sifat-sifat Tuhan dalam hidup kita. dan pengalaman itu, memang tidak bisa dilakukan seketika, perlu waktu, proses dan pemahaman diri tentang tuhan itu sendiri.
BANYAK orang yang mengaku beragama, tapi dia tidak punya spiritualitas dan pemahaman tentang agama itu sendiri. mungkin termasuk saya, anda, atau malah ternyata kita semua berada pada posisi itu juga.
mungkin kita harus belajar dari sudut pandang lain. kita harus paham dulu, Tuhan sebenarnya tidak bisa didapatkan dalam bentuk apapun, nama, agama, tempat pemujaan atau upacara-upaacra. itu hanya simbolisasi Tuhan. Karena itu DIA harus ditemukan di suatu tempat di dalam hati manusia.
agama seperti sekolah dimana kita memperoleh beberapa pemikiran dasar tentang Tuhan, keperluan untuk hidup bermoral, cara-cara pemujaan dan sebagainya. Tuhan adalah sosok yang sangat halus jauh melebihi pikiran dan perasaan manusia yang dapat dicapai. Tuhan bisa dirasa melalui pengalaman manusia.
oleh karena itu dalam mempraktekkan spiritual, kita mencari untuk mengalami yang NYATA tersebut di atas. Untuk ini kita berharap mendapatkannya melalui proses dimana makin lama makin mencairkan dan melarutkan sifat keakuan kita apapun nama, bentuk dan kualitasnya dan mengosongkan kesadaran kita.
Jadi ketika kita menjadi seperti Dia di dalam alam kita, kita mulai mengalami atau merasakan menjadi satu dengan Dia yang ada di dalam diri kita. dalam istilah jawa 'manunggaling kawulo lan gusti' yang dalam pemahaman sempit saya, adalah munculnya kesadaran sipiritual tentang keberadaan Tuhan dalam diri kita.
pada dasarnya pemahaman akan Tuhan ini menghidupkan kembali hubungan antara kita dengan Tuhan yang ada di dalam diri kita. Dimana hubungan ini memberikan rasa keTuhanan yang alami dan kekuatan untuk menahan ego/identitas kita, yang akan terhapus secara perlahan-lahan. Tuhan yang hadir di dalam diri kita mulai terwujud dalam pikiran dan tindakan kita.
mungkin yang perlu diperjelas, kita tidak sedang me-transformasi Tuhan dalam ujud kita, tapi lebih mentransformasi sifat-sifat Tuhan dalam hidup kita. dan pengalaman itu, memang tidak bisa dilakukan seketika, perlu waktu, proses dan pemahaman diri tentang tuhan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar